Jam Digital

Minggu, 15 April 2012

Seni dan Budaya Media Perjuangan

Kesenian, atau kebudayaan secara luas, merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. manusia, terutama dalam bentuk pencerahan akal budi, serta senantiasa menyertai perjalanan hidup manusia di atas muka bumi ini. Menyadari pentingnya arti kebudayaan, seni, dan pencerahan akal budi tersebut, maka tidaklah mengherankan, sejak beribu tahun yang lampau, kebudayaan selalu mendapatkan perhatian yang sangat penting dalam sejarah umat manusia. 

Di berbagai negara yang menjadi sumbu-sumbu kebudayaan dunia, seperti halnya Yunani, Romawi, Cina, Mesir Kuno, dan lain sebagainya, kerja-kerja seni atau kerja-kerja kebudayaan merupakan suatu hal yang terbesar dan terutama oleh peradaban manusia ketika itu. Kita pada saatini dapat menyaksikan, betapa berbagai peninggalan kebudayaan dan seni masih bertahan hingga dewasa ini.  

Kebudayaan dan seni menjadi suatu hal yang terpenting bagi kita umat manusia, bukan sebatas pencapaian-pencapaian seperti saya sampaikan tadi, namun yang lebih luas lagi, adalah kebudayaan dan seni itu menjadi sesuatu hal yang terpenting, dan mendapat perhatian kita semua dalam peradaban saat ini dan masa depan. Apalagi disamping agama, kebudayaan dan seni memiliki nilai yang amat luhur dan agung, serta berpotensi menjadi media bagi pemuliaan manusia. Dengan kebudayaan dan seni, upaya manusia dalam memahami diri menjadi lebih mungkin, karena selama manusia di dunia, maka akan senantiasa bermain dalam ruang terdalam, berupa  jiwa dan perasaan.  Dari sisi inilah, konteks kebudayaan tersebut sangat berperan. 

Dalam kehidupan masyarakat Riau, dunia seni dan budaya, merupakan sebuah peristiwa yang melekat erat dalam- dalam keseharian. Jika kita jenguk kembali sejarah, khususnya pada masa kemaharajaan Melayu sekitar abad ke 19, kita akan memperoleh sebuah fakta, bahwa pada masa itu dunia kesenian dan kebudayaan berkembang secara sangat baik. Beberapa pakar bahkan mengatakan, bahwa pada abad ke-19 itu, dunia kesenian dan kebudayaan Riau berada pada sebuah titik yang agung. 

Di Riau pada masa lampau seni dan budaya tidak hanya diselenggarakan sebagai peristiwa kesenian semata, tapi sekaligus sebagai sebuah media perjuangan. Seni dan budaya dijadikan sebagai alat perjuangan, karena pada masa itu berbagai kekuatan lain, seperti kekuatan politik dan ekonomi, menjadi lumpuh akibat tekanan penjajah. Ketika kekuasaan kerajaan hanya ada pada lapangan seni dan budaya, maka orang Riau pada zaman itu menggunakan segenap potensi seni dan budaya sebagai media untuk melawan penindasan yang ada. 

Kelenturan dan kemampuan dunia kesenian dan budaya bermain dalam berbagai ruang inilah yang membuatnya menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Mengelaborasi kata-kata seorang penulis besar Rusia, dalam sebuah karyanya ia mengatakan : "Bila sebuah negeri mempunyai seorang penulis besar, atau seniman besar, adalah seperti mempunyai pemerintahan yang lain." Irlandia teiah membuktikan kata-kata ini, ketika secara tekanan Inggris semakin kuat dan melumpuhkan berbagai sektor, para seniman dan penulis mereka bangkit, lewat karya, menyuarakan perlawanan ke segenap ceruk dunia, sekaligus memberikan tanda bahwa negeri mereka belum dikalahkan. Itu juga yang terjadi di berbagai negara eropa timur. Ketika rezim komunisme begitu menindas, maka para seniman melakukan pembalasan dan perlawanan dengan media seni dan budaya.

     Dunia seni dan budaya telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam memperkenalkan kawasan ini ke dunia luar. Jauh sebelum peristiwa politik dan ekonomi menjadi alat memperkenalkan Riau, dunia sudah lebih dulu mengenal Riau lewat nama-nama besar seniman negeri ini, yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Kita patut merasa berbahagia, karena di Riau, banyak terdapat para seniman yang selalu menyediakan dirinya untuk terus berbuat dalam bidang seni dan kebudayaan.

Dari pengetahuan dan pemahaman yang seperti ini, maka mengembangkan Seni dan Budaya Melayu, pada pandangan kami, menjadi suatu hal yang tidak bisa ditawar. Apa lagi pada zaman moderen ini, ketika kita, khususnya generasi muda sekarang yang sedang berada dalam kepungan budaya luar, yang masuk tanpa bisa ditolak sebagai akibat dari arus informasi dan globalisasi atau kesejagatan, maka pengembangan seni dan budaya yang berakar atau berpaksi pada budaya setempat, dalam hal ini budaya Melayu, memang harus digalakkan. Dengan menggalakkan seni yang berakar dari tradisi, maka kita, atau generasi muda akan mempunyai alat saring atau filter, atau media penyeimbang, atau tempat berpijak, sehingga dengan demikian mereka akan tetap tumbuh menjadi sebuah generasi yang tidak kehilangan jati diri. Bagi kita, semangat pengembangan seni dan kebudayaan, bukan semata-­mata karena kita ingin memperoleh capaian-capaian tertentu, atau karena kita sudah berazam menjadikan negeri kita sebagai pusat tamaddun, tapi yang lebih hakikat dari semua tujuan di atas adalah, dengan membangun kebudayaan dan seni, maka secara dasariah kita telah berupaya meletakkan diri kita pada sebuah pijakan yang kokoh, kita telah berjalan pada laluan yang benar, dan dengan seni budaya, kita secara terus menerus membangun semangat kemuliaan, menegakkan pembangunan dalam sebuah kebaikan, serta memastikan kemajuan berada dalam kehormatan.

Seni merupakan alat pertahanan identitas yang sangat kuat dalam menghadapi serangan globalisasi atau kesejagatan. Menurut para pakar masa depan (futuristik) bahwa dalam abad globalisasi atau kesejagatan manusia akan hidup pada sebuah dunia yang hampir tanpa sekat. Hampir semua peristiwa, seperti politik dan ekonomi, dan bahkan batas teritorial akan mengabur dan kehilangan batas serta identitas. Pada keadaan yang sedemikian itu, maka hanya ada dua alat yang bisa menjadi tanda pengenal antara satu dengan yang lain, antara puak satu dengan puak lain, antara negara satu dengan negara lain, yang salah satunya adalah seni.

Pembangunan kebudayaan dan seni tidaklah cukup dengan hanya membuat dan melaksanakan program kegiatan budaya dan kesenian, tapi juga harus didukung dengan kemampuan dan sumber daya yang memadai. Kita percaya bahwa pembangunan kebudayaan dan kesenian hanya akan dapat berlangsung secara lebih baik, jika unsur-unsur pendukung pembangunan kebudayaan dan kesenian itu sendiri relatif teratasi. Oleh karena itu, untuk kehilangan batas serta identitas. Pada keadaan yang sedemikian itu, maka hanya ada dua alat yang bisa menjadi tanda pengenal antara satu dengan yang lain, antara puak satu dengan puak lain, antara negara satu dengan negara lain, yang salah satunya adalah seni. (Dikutip dari tulisan Amirlah Jeni, S.I.Kom, Sekretaris Umum DPD IMM Provinsi Riau Tahun 2010-2012)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar