Kesenian, atau
kebudayaan secara luas, merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. manusia,
terutama dalam bentuk pencerahan akal budi, serta senantiasa menyertai
perjalanan hidup manusia di atas muka bumi ini. Menyadari pentingnya arti
kebudayaan, seni, dan pencerahan akal budi tersebut, maka tidaklah
mengherankan, sejak beribu tahun yang lampau, kebudayaan selalu mendapatkan
perhatian yang sangat penting dalam sejarah umat manusia.
Di berbagai
negara yang menjadi sumbu-sumbu kebudayaan dunia, seperti halnya Yunani,
Romawi, Cina, Mesir Kuno, dan lain sebagainya, kerja-kerja seni atau
kerja-kerja kebudayaan merupakan suatu hal yang terbesar dan terutama oleh
peradaban manusia ketika itu. Kita pada saatini dapat menyaksikan, betapa
berbagai peninggalan kebudayaan dan seni masih bertahan hingga dewasa ini.
Kebudayaan dan seni menjadi suatu hal yang terpenting
bagi kita umat manusia, bukan sebatas pencapaian-pencapaian seperti saya
sampaikan tadi, namun yang lebih luas lagi, adalah kebudayaan dan seni itu
menjadi sesuatu hal yang terpenting, dan mendapat perhatian kita semua dalam
peradaban saat ini dan masa depan. Apalagi disamping agama, kebudayaan dan seni
memiliki nilai yang amat luhur dan agung,
serta berpotensi menjadi media bagi pemuliaan manusia. Dengan kebudayaan dan
seni, upaya manusia dalam memahami diri menjadi lebih mungkin, karena selama
manusia di dunia, maka akan senantiasa bermain dalam ruang terdalam,
berupa jiwa dan perasaan. Dari sisi inilah, konteks kebudayaan tersebut
sangat berperan.
Dalam kehidupan masyarakat Riau, dunia seni dan budaya, merupakan sebuah
peristiwa yang melekat erat dalam- dalam keseharian. Jika kita jenguk kembali
sejarah, khususnya pada masa kemaharajaan Melayu sekitar abad ke 19, kita akan
memperoleh sebuah fakta, bahwa pada masa itu dunia kesenian dan kebudayaan
berkembang secara sangat baik. Beberapa pakar bahkan mengatakan, bahwa pada
abad ke-19 itu, dunia kesenian dan kebudayaan Riau berada pada sebuah titik
yang agung.
Di Riau pada masa lampau seni dan budaya tidak hanya diselenggarakan
sebagai peristiwa kesenian semata, tapi sekaligus sebagai sebuah media
perjuangan. Seni dan budaya dijadikan sebagai alat perjuangan, karena pada masa
itu berbagai kekuatan lain, seperti kekuatan politik dan ekonomi, menjadi
lumpuh akibat tekanan penjajah. Ketika kekuasaan kerajaan hanya ada pada
lapangan seni dan budaya, maka orang Riau pada zaman itu menggunakan segenap
potensi seni dan budaya sebagai media untuk melawan penindasan yang ada.
Kelenturan dan kemampuan dunia
kesenian dan budaya bermain dalam berbagai ruang inilah yang membuatnya menjadi
sebuah kekuatan tersendiri. Mengelaborasi kata-kata seorang penulis besar Rusia,
dalam sebuah karyanya ia mengatakan : "Bila
sebuah negeri mempunyai seorang penulis besar, atau seniman besar, adalah
seperti mempunyai pemerintahan yang lain." Irlandia teiah membuktikan
kata-kata ini, ketika secara tekanan Inggris semakin kuat dan melumpuhkan
berbagai sektor, para seniman dan penulis mereka bangkit, lewat karya,
menyuarakan perlawanan ke segenap ceruk dunia, sekaligus memberikan tanda bahwa
negeri mereka belum dikalahkan. Itu juga yang terjadi di berbagai negara eropa
timur. Ketika rezim komunisme begitu menindas, maka para seniman melakukan pembalasan
dan perlawanan dengan media seni dan budaya.
Dunia seni dan budaya telah
memberikan sumbangan yang sangat besar dalam memperkenalkan kawasan ini ke
dunia luar. Jauh sebelum peristiwa politik dan ekonomi menjadi alat
memperkenalkan Riau, dunia sudah lebih dulu mengenal Riau lewat nama-nama besar
seniman negeri ini, yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Kita patut
merasa berbahagia, karena di Riau, banyak terdapat para seniman yang selalu
menyediakan dirinya untuk terus berbuat dalam bidang seni dan kebudayaan.
Dari pengetahuan dan pemahaman yang seperti ini, maka
mengembangkan Seni dan Budaya Melayu, pada pandangan kami, menjadi suatu hal
yang tidak bisa ditawar. Apa lagi pada zaman moderen ini, ketika kita,
khususnya generasi muda sekarang yang sedang berada dalam kepungan budaya luar,
yang masuk tanpa bisa ditolak sebagai akibat dari arus informasi dan
globalisasi atau kesejagatan, maka pengembangan seni dan budaya yang berakar
atau berpaksi pada budaya setempat, dalam hal ini budaya Melayu, memang harus
digalakkan. Dengan menggalakkan seni yang berakar dari tradisi, maka kita, atau
generasi muda akan mempunyai alat saring atau filter, atau media penyeimbang,
atau tempat berpijak, sehingga dengan demikian mereka akan tetap tumbuh menjadi
sebuah generasi yang tidak kehilangan jati diri. Bagi
kita, semangat pengembangan seni dan kebudayaan, bukan semata-mata karena kita
ingin memperoleh capaian-capaian tertentu, atau karena kita sudah berazam
menjadikan negeri kita sebagai pusat tamaddun, tapi yang lebih hakikat dari
semua tujuan di atas adalah, dengan membangun kebudayaan dan seni, maka secara
dasariah kita telah berupaya meletakkan diri kita pada sebuah pijakan yang
kokoh, kita telah berjalan pada laluan yang benar, dan dengan seni budaya, kita
secara terus menerus membangun semangat kemuliaan, menegakkan pembangunan dalam
sebuah kebaikan, serta memastikan kemajuan berada dalam kehormatan.
Seni merupakan alat pertahanan identitas yang sangat kuat
dalam menghadapi serangan globalisasi atau kesejagatan. Menurut para pakar masa
depan (futuristik) bahwa dalam abad globalisasi atau kesejagatan manusia akan
hidup pada sebuah dunia yang hampir tanpa sekat. Hampir semua peristiwa,
seperti politik dan ekonomi, dan bahkan batas teritorial akan mengabur dan kehilangan batas serta identitas. Pada keadaan yang
sedemikian itu, maka hanya ada dua alat yang bisa menjadi tanda pengenal antara
satu dengan yang lain, antara puak satu dengan puak lain, antara negara satu
dengan negara lain, yang salah satunya adalah seni.
Pembangunan kebudayaan dan seni
tidaklah cukup dengan hanya membuat dan melaksanakan program kegiatan budaya
dan kesenian, tapi juga harus didukung dengan kemampuan dan sumber daya yang
memadai. Kita percaya bahwa pembangunan kebudayaan dan kesenian hanya akan
dapat berlangsung secara lebih baik, jika unsur-unsur pendukung pembangunan
kebudayaan dan kesenian itu sendiri relatif teratasi. Oleh karena itu, untuk
kehilangan batas serta identitas. Pada keadaan yang sedemikian itu, maka hanya
ada dua alat yang bisa menjadi tanda pengenal antara satu dengan yang lain,
antara puak satu dengan puak lain, antara negara satu dengan negara lain, yang
salah satunya adalah seni. (Dikutip dari tulisan Amirlah Jeni, S.I.Kom, Sekretaris Umum DPD IMM Provinsi Riau Tahun 2010-2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar