Wahai adinda peliharalah
amanah
Tunjuk ajarnya engkau
telaah
Ambil oleh mu mana yang
berfaedah
Supaya hidupmu tidak
menyalah
Hikayat berbilang di
negeri junjungan
Jadi menjalin zaman
berzaman
Mari mantapkan dunia
pendidikan
Semoga Riau memperoleh kemajuan
Besarlah buah kelopak
gading
Dikenal tandan beri
bertali
Besarlah tua duduk
bersanding
Mufakat dapat kerja
menjadi
Apa tanda hidup beriman
Mufakat dulu sebelum
berjalan
Putus kata usai berunding
Disitu janji kita
tegakkan
Apa tanda melayu bertuah
Duduk tegaknya
bermusyawarah
Apa tanda melayu beradat
Hidup didalam musyawarah
mufakat.
Putri raja berkerudung
kelingkan
Sungguh indah dan
menyenangkan
Anugerah baiduri
telah diberikan
Karya-karya besar selalu
kita nantikan
Tuanku tambusai harimau
Rokan
Gurindam 12 raja alihaji
Mari beriring kita
berjalan
Menuju negeri yang
diimpikan
Jembatan Siak Tinggi
menjulang
Jadi Penghubung Sungai
Siak Jantan
Mana yang baik bawalah
pulang
Yang kurang baik mohon
ditinggalkan
Dibawa orang ke Tanjung
Jati
Budimu tuan saya terima
Sudah terlekat di dalam
hati
Terpahat kukuh hingga ke mati
Adat menyuluh sarang
lebah
Kalau berisi tidak
bersambang
Adat penuh tidak melimpah
Kalau berisi tidaklah
kurang
Padat tembaga jangan
dituang
Kalau dituang melepuh
jari
Adat lembaga jangan
dibuang
Kalau dibuang binasa
negeri
Lebat kayu pantang
ditebang
Sudah berbuah lalu
berdaun
Adat Melayu pantang
dibuang
Sudah pusaka
turun-temurun
Patah lancang kita
sadaikan
Supaya sampan tidak
melintang
Petuah orang kita
sampaikan
Supaya badan tidak
berhutang
Burung punai memakan saga
Saga merah besar
batangnya
Rukun dan damai di rumah
tangga
Amal ibadat jadi tiangnya
Encik Mamat membelah
bambu
Bambu berjalin rotan saga
Baiklah hormat kepada ibu
Supaya terjamin masuk
surga
Kalau ada selasih dulang
Kami menumpang ke Jawa
saja
Buah hati kekasih orang
Kami menumpang ketawa
saja
Hilang kemana bintang
kartika
Tidak nampak di awan lagi
Hilang kemana adik
seketika
Tidak nampak berjalan
lagi
Pisang serendah masaknya
hijau
Ditunggu layu tak mau
layu
Tinggi rendah mata
meninjau
Ditunggu lalu tak mau
lalu
Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya
licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya
masin
Gunting Cina ada pasaknya
Gunting Siantan apa
besinya
Bunting betina ada
anaknya
Bunting jantan apa isinya
Pulang mengail membawa
sepat
Sepat dijual orang Melaka
Makan di laut muntah di
darat
Kalau tahu cobalah terka
Sayang Serawak sungailah
sempit
Buah rengas
lambung-lambungan
Hendak dibawa perahuku sempit
Tinggal emas tinggallah
junjungan
Kalau meletus Gunung
Sibayak
Alamat Medan menjadi abu
Angin berhembus layarku
koyak
Pulau yang mana hendak
dituju
Lumba-lumba main
gelombang
Riaknya sampai ke
Indragiri
Coba-coba menanam mumbang
Kalau tumbuh tuah negeri
Rumpun buluh dibuat pagar
Cucuk cempedak dengan
lidi
Dengan pantun saya
belajar
Saya budak belum mengerti
Wau lah wau bulan
Wau bulan teraju tiga
Mari adik marilah kawan
Kita cuba beradu laga
Minta daun diberi daun
Dalam daun buah kelapa
Minta pantun dibalas
pantun
Dalam pantun ada bicara
Orang masak pakai kuali
Membawa pelita semuanya
Berbisik si pekak dengan
si tuli
Tertawa si buta melihatnya
Tali pandan kembar empat
Dicincang jadi
berderai-derai
Berkelahi ketan dengan
ketupat
Pisang goreng datang melerai
Tampak musang lari
berlari
Mengejar ayam
beriring-iring
Pisang goreng tegak
menari
Tersenyum melihat ketan di piring
Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk tangan adikku
pandai
Boleh diupah air susu
Ambil segulung rotan saga
Sudah diambil mari diurut
Duduk termenung harimau
tua
Melihat kambing mencabut janggut
Gemuruh tabuh bukan
kepalang
Diasah lembing
berkilat-kilat
Gemetar tubuh harimau
belang
Nampak kambing pandai bersilat
Elok rupa pohon belimbing
Tumbuh dekat limau lungga
Elok berbini orang sumbing
Walau marah ketawa juga
Hendak berlayar ke Pulau
Pangkor
Berjumpa perahu di
biduknya
Jika tidak misai dicukur
Lubang hidung dirodoknya
Tudung saji hanyut
terapung
Disulam cantik dengan
benang
Hajat hati nak pulang
kampung
Sayang sekali tak pandai berenang
Sirih kasih di pucuk pauh
Kuntum melati sukar
digubah
Jika sekarang bercerai
jauh
Di dalam hati janganlah berubah
Pulau Tinggi terandak
Cina
Tampak dari Pasir Seribu
Abang pergi janganlah
lama
Tidak kuasa menanggung rindu
Asam pauh dari seberang
Tumbuhnya dekat tepi
tebat
Badan jauh di rantau
orang
Sakit siapa yang akan mengobat
Pucuk pauh selara pauh
Sembilu ledung-ledungkan
Adik jauh kakanda pun
jauh
Kalau rindu sama menungkan
Di pucuk nangka
tersangkut layang-layang
Pucuk pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak
dikenang-kenang
Pucuk dicinta kekasih hati
Di kiri jalan di kanan
pun jalan
Tengah-tengah pohon
mengkudu
Dikirim jangan dipesan
pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
Hendak gugur, gugurlah
nangka
Jangan menimpa ranting
pauh
Hendak tidur, tidurlah
mata
Jangan mengenang orang yang jauh
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah
laganya
Asam di gunung ikan di
laut
Dalam belanga bertemu juga
Buah kurma
berlambak-lambak
Dimakan orang pagi dan
petang
Bagai kerja menolak ombak
Makin ditolak semakin datang
Anak Madras menggetah
punai
Punai terbang mengirap
bulu
Betapa dera arus di
sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi ke
Melaka
Betapa manis rasanya nira
Disimpan lama menjadi cuka
Satu dua tiga enam
Satu enam jadi tujuh
Buah delima yang ditanam
Buah berangan hanya tumbuh
Anak Batak mudik bergalah
Diketip nyamuk habis
lebam
Bukan retak mencari belah
Sukat dihempas remuk redam
Jika masak pisang
setandan
Mari simpan dalam kereta
Jika ada tuah di badan
Kaca dipegang jadi permata
Tanam padi di sawah
bendang
Menanti masuk bilangan
tahun
Jika pandai menjadi orang
Rezeki secupak makan setahun
Orang Daik balik ke Daik
Langsung menghadap si
Raja Muda
Kalau tak dapat tukang
yang baik
Emas sembilan menjadi tembaga
Kalau pergi tuan ke
ladang
Banyak tupai di atas
pokok
Kalau hari memang lah
siang
Tidak menanti ayam berkokok
Cik Mahayu memakai subang
Subang bertatah permata
intan
Kalau nak tahu
menjinakkan kumbang
Taburkan bunga di tengah halaman
Batang betik di tepi pagar
Buah rambutan merah
berseri
Orang baik tak payah
diajar
Bagaikan duri tajam sendiri
Orang Batak bermain
pedang
Sedikit tak gentar,
sedikit tak gerun
Saya umpama katak di
padang
Penat berkotor hujan tak turun
Pandai berenang ikan
siakap
Berenang bermain dalam
perigi
Sirih pinang sirih
kerakap
Boleh dibuat penawar jampi
Laksamana pergi memikat
Dapat seekor anak balam
Sungguh kecil sampan
pukat
Berani berlayar lautan dalam
Buah durian dari hulu
Pokoknya banyak di kebun
Cik Amin
Tak tahukah tuan semenjak
dahulu
Dalam gula racun bermain
Disangka nenas di tengah
padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga
petang
Rupanya hujan di tengah hari
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan
sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Jauh sungguh pergi mandi
Maksud hati hendak
bertapa
Berat sungguh menanggung
budi
Seribu tahun memang tak lupa
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai
berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
Bila memandang ke muka
laut
Nampaklah sampan mudik ke
hulu
Bila terkenang mulut
menyebut
Budi yang baik ingat selalu
Baju bercorak tiada
berpita
Pakaian anak Panglima
Garang
Emas dan perak pengaruh
dunia
Budi yang baik dijunjung
orang
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air asin
Hilang mahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Sedap sungguh buah nenas
Buat makan buka puasa
Jangan dipandang perak
dan emas
Tapis dahulu budi bahasa
Kapal berlayar dari
Asahan
Ambil parang dari kemudi
Mati ikan karena umpan
Mati orang karena budi
Payah kami bertanam padi
Nenas jugalah ditanam
orang
Payah kami menabur budi
Emas juga yang dipandang orang
Semenjak kentang dijadi
gulai
Ubi tidak bersama lagi
Semenjak uang jadi
pemakai
Budi jarang berguna lagi
Yang kurik hanya kundi
Yang marah hanya saga
Yang baik hanya budi
Yang indah hanya bahasa
Biarlah orang bertanam
buluh
Kita bertanam padi juga
Biarlah orang bertanam
musuh
Kita bertanam budi juga
Baik-baik makan keladi
Keladi itu ada miangnya
Baik-baik termakan budi
Budi itu ada hutangnya
Kalau makan keladi muyang
Jangan lupa pada
bungkalnya
Kalau termakan budi orang
Jangan lupa pada asalnya
Apalah tanda batang
keladi
Batang keladi di tanah
isinya
Apalah tanda orang
berbudi
Orang berbudi rendah
hatinya
Sungguh indah bunga
melati
Warna putih harum mewangi
Terasa indah tentram di
hati
Meraih Prestasi Harumkan
Negeri
Hidup mulia bukan emas
dan permata
Hidup mulia dengan jujur
dalam berkata
Mari selamatkan generasi
bangsa
Generasi yang bebas dari
Narkoba
Jalan-jalan ke Taluk
Kuantan
Melihat budaya Pacu Jalur
Penegakan supermasi Hukum Kita
Laksanakan
Semoga Riau semakin
makmur
Anak negeri mari berkarya
Laki-laki Perempuan
janganlah dibeda
Mari bersatu majukan
bangsa
Wujudkan masyarakat yang
sejahtera
Lancang kuning negerinya
Riau
Alamnya indah rakyatnya
ramah
Jika pariwisata Riau maju
dan mengkilau
Rejeki pun turun melimpah
ruah
Siapa tahu mensyukuri
nikmat
Dunia akhirat beroleh
rahmat
Siapa tahu mensyukuri
nikmat
Hidup matinya takkan
melarat
Sungguh banyak jajaran
pulau
Pulau Bintan tanahnya
merah
Bahasa indonesia berasal
dari Melayu Riau
Janganlah kita melupakan
sejarah
Naik rakit dengan
panglima
Hendak berburu kehutan
bakau
Marilah bangkit
bersama-sama
Untuk memajukan Provinsi
Riau
Elok jati karena dipahat
Molek nian dijadikan
pintu
Elok negeri karena
sepakat
Pemimpin bekerja bahu
membahu
Kayu cendana dijadikan
pintu
Cantik terlihat dipandang
mata
Kita bekerja bahu membahu
Jadikan rakyat hidup
sejahtera
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu
senja
Apa tanda negeri yang
jaya
Adat budaya jadi objek
wisata
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu
senja
Kalau ingin Riau berjaya
Mari kita bangun
bersama-sama
Lancang Kuning negerinya
Riau
Alamnya indah rakyatnya
ramah
Jika Pariwisata Riau maju
dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah
ruah
Hikayat berbilang di
negeri junjungan
Jadi ingatan zaman
berzaman
Mari mantapkan dunia
pendidikan
Semoga Riau memperoleh
kemajuan
Iman dihati harus terus
berkobar
Itu tandanya orang
beriman
Dengan majlis zikir dan
tabligh akbar
Sebagai bekal akhirat
pembawa kebahagiaan
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu
senja
Apa tanda negeri yang
jaya
Adat budaya jadi objek
wisata
Lancang Kuning negerinya
Riau
Alamnya indah rakyatnya
ramah
Jika pariwisata Riau maju
dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah
ruah
Husein Haji wukuf di
Arafah
Setelah wukuf lalu
melontar
Walaupun senantiasa
mengagungkan Allah
Syiar Islam terus
terpancar
Tanjung Katung airnya
biru
Tempat orang bermandi ria
Duduk sekampung lagukan
rindu
Apalah pula jauh di mata
Tolong balas pantun ini
BalasHapusSebelum tupai berkembang biak
Pasang perangkap dizaman dahulu
Sebelum sungai bernama siak
Apa namanya dizaman dahulu?